Sekilasberita86.com – Bandung – Peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia di Alun-alun Jawa Barat, Minggu (17/8/2025), berlangsung khidmat sekaligus meninggalkan momen penuh haru. Seusai rangkaian upacara, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi tampak menghampiri masyarakat yang sejak pagi sudah memadati lokasi.
Dalam unggahan video akun Lembur Pakuan, terlihat bagaimana kehadiran orang nomor satu di Jawa Barat itu disambut dengan antusiasme luar biasa. Banyak warga, terutama para ibu-ibu, histeris sekaligus terharu bisa berjabat tangan bahkan memeluk langsung sosok pemimpin yang selama ini mereka kagumi.
Kang Dedi – sapaan akrabnya – tetap membalas dengan senyum ramah dan sikap hangat. Ia menyapa warga satu per satu, menyalami, bahkan tak ragu menerima pelukan warga yang larut dalam suasana haru. Bagi masyarakat, momen ini menjadi istimewa karena menghadirkan kedekatan emosional tanpa sekat antara pemimpin dan rakyatnya.
Fenomena tersebut pun ramai diperbincangkan di media sosial. Sejumlah warganet meluapkan kekagumannya pada sosok Dedi Mulyadi. Akun @asnahh menulis, “Ya Allah, seorang gubernur melebihi seorang presiden, inilah yang terbaik untuk rakyat Indonesia. Semoga sehat selalu Pa Haji Dedi Mulyadi.”
Komentar senada datang dari @Defalco yang menilai Dedi Mulyadi adalah gambaran rakyat yang menaruh harapan besar di pundaknya: “Untuk Indonesia supaya lebih baik lagi.” Bahkan akun @Ran menegaskan, “Calon RI 1 ke depannya, terbaik.”
Di sela kerumunan, Gubernur Dedi Mulyadi juga menyampaikan pesan kebangsaan. Menurutnya, kemerdekaan bukan sekadar perayaan seremonial, melainkan momentum untuk memperkuat persatuan, menghidupkan kembali semangat gotong royong, serta menyalakan harapan baru bagi Jawa Barat dan Indonesia.
“Ini hari kita bersama. Merdeka bukan hanya milik para pejuang, tetapi juga milik setiap ibu, bapak, anak muda, dan seluruh rakyat yang menjaga negeri ini dengan cinta dan pengorbanan,” tutur Dedi Mulyadi di hadapan warga.
Momen pasca-upacara ini bukan hanya menandai perayaan kemerdekaan, tetapi juga memperlihatkan potret kepemimpinan yang humanis. Seorang gubernur yang tidak hanya berdiri di mimbar, melainkan juga hadir di tengah rakyat, merangkul mereka dengan ketulusan dan kebersamaan.
